Information – Berita Terkini Indonesia dan Dunia – CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia — Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra kini berada di ujung tanduk. Ribuan demonstran turun ke jalanan Bangkok menuntut pengunduran dirinya, usai rekaman telepon kontroversial antara dirinya dan mantan PM Kamboja Hun Sen bocor ke publik.
Skandal ini bukan hanya memicu kemarahan rakyat, tapi juga mengancam kelangsungan pemerintahannya yang kini ditinggal partai koalisi kunci.
Mengutip Reuters, Minggu (29/6/2025), aksi unjuk rasa ini merupakan demonstrasi anti-pemerintah terbesar sejak partai Pheu Thai yang dipimpin Paetongtarn berkuasa pada 2023. Tekanan terhadap Paetongtarn (38 tahun) pun meningkat, sementara ia tengah berjuang untuk memulihkan ekonomi yang lesu dan menjaga koalisi pemerintahan yang rapuh menjelang kemungkinan pemungutan suara mosi tidak percaya bulan depan.
Para demonstran mengibarkan bendera di sekitar Victory Monument, sebuah monumen perang di persimpangan sibuk kota, dalam unjuk rasa yang diselenggarakan oleh United Power of the Land, koalisi aktivis nasionalis yang selama dua dekade terakhir telah berkali-kali memprotes pemerintahan yang didukung keluarga Shinawatra.
Meskipun protes sebelumnya tidak langsung menjatuhkan pemerintahan tersebut, tekanan dari gerakan-gerakan ini pernah memicu intervensi hukum dan kudeta militer pada tahun 2006 dan 2014.
Krisis politik saat ini berisiko memperburuk pemulihan ekonomi Thailand yang sedang goyah. Paetongtarn mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia tidak khawatir terhadap aksi protes ini dan telah memerintahkan aparat untuk memastikan demonstrasi berjalan damai.
“Itu hak rakyat, dan saya tidak akan membalas,” katanya.
Paetongtarn kini memimpin koalisi mayoritas tipis setelah Partai Bhumjaithai menarik dukungan pekan lalu, dengan alasan kekhawatiran atas hilangnya kedaulatan dan integritas Thailand menyusul kebocoran rekaman pembicaraan telepon antara Paetongtarn dan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen.
Dalam pembicaraan tersebut, Paetongtarn tampak mencoba menenangkan Hun Sen dan mengkritik seorang komandan militer Thailand, yang merupakan hal tabu di negara yang militernya memiliki pengaruh besar.
Ia telah menyampaikan permintaan maaf atas komentarnya tersebut.
Saat ini, perdana menteri juga menghadapi penyelidikan hukum, setelah sekelompok senator mengajukan petisi ke Mahkamah Konstitusi dan lembaga antikorupsi nasional untuk menyelidiki tindakannya dalam kasus pembicaraan telepon yang bocor.
Keputusan dari salah satu lembaga tersebut bisa berujung pada pencopotan dirinya dari jabatan.
Hun Sen, yang dulunya merupakan sekutu keluarga Shinawatra, melontarkan kritik publik yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Paetongtarn dan keluarganya dalam pidato televisi yang berlangsung selama berjam-jam pada hari Jumat. Ia menyerukan perubahan pemerintahan di Thailand.
Kementerian Luar Negeri Thailand menyebut pidato Hun Sen sebagai hal yang “luar biasa”, namun tetap menegaskan bahwa Thailand lebih memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan perselisihan bilateral yang memanas.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Subsequent Article
Thailand Panas, PM Putri Thanksin Shinawarta Terancam Lengser